Prinsip flame detector tersebut menggunakan metode optik yang bekerja seperti UV (ultraviolet) dan IR (infrared), visual imaging of fire, dan spektroskopi yang berfungsi untuk mengidentifikasi munculnya api
Reaksi intens bahan yang memicu kebakaran dapat ditandai dari UV, terlihatnya emisi karbondioksida, dan radiasi dari infrared. Flame Detector juga mampu membedakan antara false alarm atau peringatan palsu dengan api kebakaran sungguhan.
Hal tersebut dilakukan melalui komponen sistem yang dirancang dengan fungsi utama untuk mendeteksi adanya penyerapan cahaya yang terjadi pada gelombang tertentu.
Akan tetapi, Mitra Patigeni juga harus paham dengan tingkat potensi/risiko kebakaran dari setiap jenis bahan yang ada di area perusahaan Anda.
Pada umumnya, bahan bakar industri yang tergolong mudah terbakar antara lain:
- Bensin,
- Hidrogen,
- Belerang,
- Alkohol,
- LNG/LPG,
- Minyak tanah,
- Kertas,
- Kayu,
- Tekstil,
- Ethylene,
- Pelarut, dll.
Melihat banyak sekali bahan yang bisa dengan mudah terbakar, maka teknologi flame detector yang umum digunakan adalah teknologi Visual Flame Imaging, Ultraviolet, Multi-Spectrum Infrared, dan UV/IR yang merupakan gabungan dari ultraviolet/infrared.
Dari keempat teknologi tersebut memang sudah dirancang berdasarkan dengan deteksi radiasi line-of-sight yang berasal dari visible, UV, hingga IR spectral bands oleh percikan api.
Nah, untuk memilih di antara empat teknologi tersebut, penting sekali untuk memenuhi persyaratan mengenai fire monitoring application, seperti jangkauan deteksi, durasi waktu merespon, FOV (Field of View), dan kekebalan terhadap false alarm tertentu, serta self diagnostik.
1. Detektor Api Ultraviolet
Flame Detector dengan teknologi ultraviolet mampu merespon radiasi dengan kisaran spektral mulai dari 180 hingga 260 nanometer.
Kemampuan respon teknologi UV tergolong sangat cepat, begitu pula tingkat sensitivitas yang sangat baik dalam range 0 sampai 50 kaki.
Teknologi detektor api UV ini memiliki respon sensitif terhadap lampu halogen, busur pengelasan, serta petir dan muatan-muatan listrik lainnya.
2. Detektor Api UV/IR
Jenis flame detector ini juga sering disebut dengan dual band yang bekerja saat sensor infrared diintegrasi oleh sensor optik ultraviolet.
Di mana detektor dual band tersebut bersifat sensitif baik terhadap radiasi yang berasal dari ultraviolet maupun radiasi infrared yang dihasilkan oleh pancaran percikan api.
Kombinasi dari UV dan IR tersebut memiliki tingkatan kekebalan lebih tinggi selama UV detector beroperasi dalam respon yang berkecepatan moderat.
Teknologi flame detector ini sangat tepat untuk digunakan di segala lokasi baik lokasi terbuka atau outdoor dan lokasi tertutup atau indoor.
3. Multi-Spectrum IR Flame Detector
Detektor api dengan teknologi ini memanfaatkan secara multipel daerah spektral IR dengan tujuan meningkatkan tingkat diferensiasi dari radiasi sumber api maupun sumber non api.
Teknologi flame detector dengan multi-spectrum IR ini sangat tepat untuk area atau lokasi-lokasi yang memungkinkan terjadi risiko kebakaran yang menimbulkan asap.
Teknologi ini memiliki sistem operasi berkecepatan sedang karena memiliki kemampuan menjangkau jarak sampai dengan 200 kaki dari sumber percikan api, indoor ataupun outdoor.
Multi-spectrum IR memiliki tingkat kekebalan yang cenderung tinggi terhadap radiasi yang berasal dari IR akibat adanya sengatan panas matahari, percikan akibat aktivitas pengelasan, adanya muatan listrik, hingga pemicu berupa material bersifat panas lainnya.
3. Visual Flame Imaging Detector
Teknologi flame detector terbaru ini menggunakan beberapa perangkat CCD image sensors yang umumnya digunakan dalam kamera sirkuit tertutup, serta algoritma pendeteksi api untuk mengidentifikasi keberadaan percikan api kebakaran yang sebenarnya.
Dengan adanya algoritma, komponen CCD dapat memproses gambar video dan menghasilkan analisis mengenai bentuk serta perkembangan api kebakaran. Dengan seperti itu, sensor dapat membedakan antara sumber api dan sumber non api.
Teknologi tidak sama bila dibandingkan dengan tiga teknologi yang sebelumnya. Visual Flame Imaging juga bekerja dengan tidak bergantung terhadap gejala yang mendeteksi terjadinya kebakaran seperti adanya cahaya api, emisi karbon dioksida, dan sebagainya.
Mempertimbangkan karakteristik tersebut, teknologi ini mungkin akan digunakan hanya di lokasi-lokasi di mana terdapat resiko kebakaran cukup tinggi, untuk menghindari terjadinya isu false alarm.
PT Henki Jayaperdana Abadi merupakan supplier atau pemasok resmi spare part UKL 1000 dengan distributor resmi kaneko sangyo di Indonesia, distributor resmi oli chemtura, distributor resmi perpak UKL untuk kebutuhan power plant dan industri dengan harga yang kompetitif dan kualitas terjamin. Kami juga memasok dan menjual berbagai spare part lainnya seperti mesin industri, elektrikal dan mekanikal dengan berbagai macam brand, model dan spesifikasi sesuai dengan kebutuhan power plant dan industri anda.